Polling Mudir Pilihan Alumni

Sabtu, 30 Mei 2009

'Umat Islam itu Adalah Tubuh yang Satu'

Serangan militer Israel ke Palestina menimbulkan reaksi keras, baik dari bangsa Palestina sendiri maupun dari dunia internasional. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kelompok Islam lain di Indonesia memberikan reaksi keras. Selain mengutuk keras melalui berbagai aksi demonstrasi, muncul inisiatif dari sekelompok umat Islam Indonesia untuk membuka pendaftaran mujahid ke Palestina.
Untuk membahas lebih jauh kenapa reaksi umat Islam begitu luar biasa atas tindakan Israel terhadap Palestina, berikut petikannya:
Bagaimana Anda mencermati reaksi umat Islam atas tindakan Israel terhadap Palestina?
Itu merupakan hal yang wajar sebagai refleksi atas ketidakadilan yang dilakukan pihak Israel terhadap Palestina. Reaksi tersebut tidak hanya berdimensi keagamaan. Maka umat Islam di banyak negara Islam, termasuk di Indonesia, memberi reaksi keras karena Islam sangat menekankan solidaritas keagamaan. Umat Islam meyakini ajaran agama bahwa mereka secara keseluruhan adalah tubuh yang satu, yang jika sebagian anggota merasa sakit maka yang lain merasakan sakit pula. Reaksi umat Islam karena kegeraman mereka terhadap tindakan zalim Israel yang berkepanjangan yang telah menimbulkan ribuan korban jiwa anak-anak dan kaum perempuan, khususnya aa penodaan tempat suci Islam, yaitu Masjid Al Aqsha. Oleh karena itu, sentiment keagamaan mengkrisal menjadi suatu bentuk perlawanan keras. Persoalan Palestina juga berdimensi kemanusiaan, yaitu terjadinya penginjakan harkat dan martabat manusia dalam bentuk pelanggaran HAM. Oleh karena itu, reaksi tidak hanya muncul dari kalangan Islam, tetapi dari kalangan non-Islam, termasuk di Eropa dan AS.
Apakah keinginan jihad secara fisik ke Palestina merupakan pilihan yang realistis?
Soal realistis atau tidak menjadi relatif. Tapi, kita perlu melihat reaksi itu sebagai refleksi solidaritas dan pemberian dukungan moril kepada rakyat Palestina. MUI memahami jihad dalam arti luas, dengan memprioritaskan jihad secara materiil, seperti pemberian dukungan politik, bantuan kemanusiaan, dan penyebaran informasi. Namun, kita bisa memahami kalangan umat Islam yang ingin berjihad secara fisik karena memang itu juga merupakan salah satu dimensi jihad. Hanya saja, itu memerlukan persiapan-persiapan tersendiri, seperti pengenalan medan, dan penguasaan teknologi persenjataan modern. Reaksi untuk berjihad secara fisik itu lebih merupakan ekspresi kegeraman yang memuncak terhadap kezaliman Israel dan memiliki implikasi untuk memberikan dukungan moril terhadap pejuang Palestina. hal itu bisa menjadi realistis jika dalam bentuk bantuan tenaga medis dan tenaga relawan kemanusiaan.
Bagaimana Anda melihat sikap pemerintah Indonesia?
Memang disesalkanpemerintah terkesan lunak dan terlambat merespons tragedi kemanusiaan di Palestina. Padahal, sebagai negara yang menjunjung tinggi perikemanusiaan dan menolak segala bnetuk penjajahan seperti diamanatkan pembukaan UUD 1945, seyogianya pemerintah bersikap tegas dan keras. Sebagai negeri Islam terbesar di dunia ini, Indonesia diharapkan dapat menjadi pelopor bagi pembelaan terhadap rakyat Palestina. Pada hemat saya, masih banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia, misalnya, memprakarsai upaya perdamaian atau penghentian kekerasan Israel terhadap Palestina melalui mekanisme PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), OKI (Organisasi Konferensi Islam), dan Gerakan Nonblok. Atau langkah lain, seperti memberikan bantuan kemanusiaan.
Banyak pejuang Palestina melakukan bom bunuh diri dalam rangka jihad melawan Israel. Komentar Anda?
Memang ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang melihat bunuh diri itu sebagai sesuatu yang tidak baik dan dilarang agama karena merupakan bentuk keputusasaan. Tetapi, tidak sedikit ulama yang berpendapat bom bunuh diri itu merupakan salah satu bentuk mati syahid, terutama ketika tidak ada cara lain untuk menghadapi kezaliman musuh.
Ada yang mengatakan konflik Israel-Palestina bukan soal agama, melainkan sosiak-politik. Menurut Anda?
Itu pikiran yang selama ini berkembang dan disebarluaskan oleh pihak-pihak di dunia Barat yang tidak menyukai Islam dan mencoba untuk memisahkan Islam dari perjuangan Palestina. Padahal, seperti saya katakana di awal, bagi umat Islam urusan Palestina tidak bisa dipisahkan dari Islam karena diyakini sebelumnya adalah negeri Islam dan ada tempat suci umat Islam. Kemudian juga terjadi pembantaian terhadap ulama. Selain itu, pihak zionis Israel juga mengusung tema dan simbol-simbol keagamaan. Oleh karena itu, sangat naïf jika umat Islam dimintai tidak mengaitkan masalah Palestina dengan Islam.