Polling Mudir Pilihan Alumni

Jumat, 26 Juni 2009

Kecurangan UN, Potret Pendidikan Nasional

Ketua Komisi Pendidikan DPRD Jawa Tengan M. Iqbal Wibisono mengatakan, praktek kecurangan dalam ujian nasional bisa dilakukan oleh para pejabat dinas pendidikan. Sebab selama ini ada anggapan jika tingkat kelulusan siswa di suatu daerah rendah, maka daerah tersebut akan dianggap tidak maju. Sebaliknya, jika tingkat kelulusan tinggi maka daerah itu dianggap daerah yang maju. [TEMPO Interaktif, Senin, 21 April 2008]

Kasus kecurangan Ujian Nasional (UN) tampaknya merata di seluruh daerah. Forum Guru Garut (Fogar) menemukan kecurangan ujian yang diduga melibatkan Dinas Pendidikan Kab Garut. Menurut Ketua Fogar Dadang Johar, Jumat (25/4/2008), kecurangan dan kebocoran soal UN di Kab Garut terjadi dengan modus operandi yang lebih rapi dibandingkan tahun sebelumnya. [okezone.com, Jum'at, 25 April 2008]

Jakarta - Sedikitnya 26 guru, delapan kepala sekolah, dan 13 petugas tata usaha (TU) terlibat dalam kasus kecurangan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat. Mereka saat ini sudah ditahan oleh pihak berwajib, kata Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Prof Dr M Yunan Yusuf, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (25/4) siang. [www.sinarharapan.co.id, Sabtu, 26 April 2008]

Liputan6.com, Medan: Sejumlah pengajar yang tergabung dalam Komunitas Air Mata Guru Medan melaporkan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional di berbagai kabupaten dan kota di Sumatra Utara. Hasil temuan kecurangan ini dilaporkan kepada Gubernur Sumut.

Mungkin beberapa kutipan berita diatas hanyalah sebagian kasus Kecurangan UN yang terjadi pada Ujian Akhir Nasional (UN) 2008. Memang Ujian Akhir Nasional (UN) yang dilakukan pada minggu kemarin dapat menggambarkan betapa buruknya sistem pendidikan nasional kita. Dan yang lebih mengherankan lagi sebagian kasus itu dilakukan oleh praktisi pendidikan misalnya: guru-guru di sekolah yang bersangkutan ataupun tidak menutup kemungkinan oleh dinas pendidikan di suatu daerah karena ada anggapan apabila hasil Ujian Akhir Nasional (UN) di suatu daerah rendah maka pendidikan di daerah tersebut kurang maju.
Hingga saat ini, ada dua kemungkinan mereka melakukan “tugas kotor” tersebut. Pertama, mereka melakukan untuk dibisniskan. Mereka menjual soal-soal Ujian Akhir Nasional (UN) kepada siswa dengan harga yang menggiurkan. Dan kedua, mereka melakukan itu karena mereka ingin semua siswa mereka dapat lulus Ujian Akhir Nasional (UN) karena mereka tidak mau melihat siswanya sedih hanya karena tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UN). Seperti yang diberitakan pada salah satu SMA di daerah Medan tentang kasus kecurangan pada Ujian Akhir Nasional (UN), para guru sengaja membenarkan jawaban para murid karena mereka tidak mau melihat orang tua siswa bersedih akibat anak mereka tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UN). Para guru itu juga menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak adil karena dalam Ujian Akhir Nasional (UN) tersebut, ada pelajaran Bahasa Inggris yang ikut diujikan. Para guru itu menyebutkan jika untuk SMA di kota-kota besar mungkin tidak begitu mengkhawatirkan dengan mengujikan Bahasa Inggris karena banyak siswa-siswa yang dapat mengikuti les bahasa Inggris. Akan tetapi, untuk siswa mereka yang rata-rata orang tuanya hanyalah bekerja sebagai petani, bersekolah saja sudah bersyukur, apalagi untuk mengikuti les. Mungkin cukup membingungkan jika kecurangan Ujian Akhir Nasional (UN) disebabkan pada alasan kedua. Di satu sisi, mereka melakukannya karena dengan niat mulia, tetapi di satu sisi, mereka sama saja menghancurkan definisi pendidikan itu sendiri. Padahal mereka adalah salah satu orang yang berperan besar terhadap pendidikan di Indonesia. Lalu, siapa yang disalahkan dan apa yang harus kita lakukan?
Apakah pendidikan di Indonesia hanya seperti ini. Lalu bagaimana bisa kita mengejar pendidikan negara-negara maju jika dari pendidikan SMA saja sudah seperti ini. Kapankan Indonesia bisa menemukan sistem pendidikan yang memang benar-benar baik? Mungkin itulah tugas-tugas kita sebagai genarasi muda untuk memajukan negara ini. Begitu banyak “lubang-lubang” yang harus kita tambal untuk memajukan negara ini. Dan salah satunya adalah memperbaiki sistem pendidikan nasional, karena pendidikan adalah syarat bangkitnya suatu negara.

Hati-Hati Kirim E-Mail

Hanya sekedar mau berbagi kebahagiaan saja, ini ada sedikit iklan :) eh tulisan yang mungkin dapat membuat hati dan pikiran kita lebih fresh lagi. Tapi bukan porno, tenang aja :mrgreen: Soalnya kemarin setelah baca cerita ini jadi pingin ngakak terus :lol: wekekekek.. Memang cerita ini bukan murni tulisan tangan ku, tetapi hasil copas dari salah satu teman di Facebook… oke gak usah lama-lama baca pendahuluannya :D langsung baca aja ceritanya, kalau gak lucu jangan marah, tapi kalau lucu jangan tertawa cukup senyum aja :)

Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota. Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali dan akan menempati kembali kamar hotel yang sama, ketika ber-honeymoon saat menikah 30 tahun yang lalu. Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya.

Setelah check in di hotel, sang suami mendapati sudah ada komputer yang tersambung ke internet di kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya dikantornya di Jalan Sudirman, Jakarta. Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya, e-mail tetap dikirim. Di lain tempat di Jakarta, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru saja meninggal. Setibanya di rumah, ia langsung memeriksa e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa.

Baru saja selesai membaca e-mail yang pertama, ia langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut (tak lama kemudian jatuh pingsan juga).

—Isi e-mail nya—

To: Isteriku tercinta

Subject: Papah sudah sampai Mah!!!

Date: 22 Juni 2009

Aku tahu pasti kamu kaget tetapi senang kan dapat kabar dariku. Ternyata di sini mereka sudah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah. Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok. Nggak sabar deh rasanya nungguin kamu. Semoga perjalanan kamu ke sini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemarin.

Love you Mom,

Papah

PS: disini sedang panas2nya, kalo perlu ajak anak2 sekalian.

Sabtu, 30 Mei 2009

'Umat Islam itu Adalah Tubuh yang Satu'

Serangan militer Israel ke Palestina menimbulkan reaksi keras, baik dari bangsa Palestina sendiri maupun dari dunia internasional. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kelompok Islam lain di Indonesia memberikan reaksi keras. Selain mengutuk keras melalui berbagai aksi demonstrasi, muncul inisiatif dari sekelompok umat Islam Indonesia untuk membuka pendaftaran mujahid ke Palestina.
Untuk membahas lebih jauh kenapa reaksi umat Islam begitu luar biasa atas tindakan Israel terhadap Palestina, berikut petikannya:
Bagaimana Anda mencermati reaksi umat Islam atas tindakan Israel terhadap Palestina?
Itu merupakan hal yang wajar sebagai refleksi atas ketidakadilan yang dilakukan pihak Israel terhadap Palestina. Reaksi tersebut tidak hanya berdimensi keagamaan. Maka umat Islam di banyak negara Islam, termasuk di Indonesia, memberi reaksi keras karena Islam sangat menekankan solidaritas keagamaan. Umat Islam meyakini ajaran agama bahwa mereka secara keseluruhan adalah tubuh yang satu, yang jika sebagian anggota merasa sakit maka yang lain merasakan sakit pula. Reaksi umat Islam karena kegeraman mereka terhadap tindakan zalim Israel yang berkepanjangan yang telah menimbulkan ribuan korban jiwa anak-anak dan kaum perempuan, khususnya aa penodaan tempat suci Islam, yaitu Masjid Al Aqsha. Oleh karena itu, sentiment keagamaan mengkrisal menjadi suatu bentuk perlawanan keras. Persoalan Palestina juga berdimensi kemanusiaan, yaitu terjadinya penginjakan harkat dan martabat manusia dalam bentuk pelanggaran HAM. Oleh karena itu, reaksi tidak hanya muncul dari kalangan Islam, tetapi dari kalangan non-Islam, termasuk di Eropa dan AS.
Apakah keinginan jihad secara fisik ke Palestina merupakan pilihan yang realistis?
Soal realistis atau tidak menjadi relatif. Tapi, kita perlu melihat reaksi itu sebagai refleksi solidaritas dan pemberian dukungan moril kepada rakyat Palestina. MUI memahami jihad dalam arti luas, dengan memprioritaskan jihad secara materiil, seperti pemberian dukungan politik, bantuan kemanusiaan, dan penyebaran informasi. Namun, kita bisa memahami kalangan umat Islam yang ingin berjihad secara fisik karena memang itu juga merupakan salah satu dimensi jihad. Hanya saja, itu memerlukan persiapan-persiapan tersendiri, seperti pengenalan medan, dan penguasaan teknologi persenjataan modern. Reaksi untuk berjihad secara fisik itu lebih merupakan ekspresi kegeraman yang memuncak terhadap kezaliman Israel dan memiliki implikasi untuk memberikan dukungan moril terhadap pejuang Palestina. hal itu bisa menjadi realistis jika dalam bentuk bantuan tenaga medis dan tenaga relawan kemanusiaan.
Bagaimana Anda melihat sikap pemerintah Indonesia?
Memang disesalkanpemerintah terkesan lunak dan terlambat merespons tragedi kemanusiaan di Palestina. Padahal, sebagai negara yang menjunjung tinggi perikemanusiaan dan menolak segala bnetuk penjajahan seperti diamanatkan pembukaan UUD 1945, seyogianya pemerintah bersikap tegas dan keras. Sebagai negeri Islam terbesar di dunia ini, Indonesia diharapkan dapat menjadi pelopor bagi pembelaan terhadap rakyat Palestina. Pada hemat saya, masih banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia, misalnya, memprakarsai upaya perdamaian atau penghentian kekerasan Israel terhadap Palestina melalui mekanisme PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), OKI (Organisasi Konferensi Islam), dan Gerakan Nonblok. Atau langkah lain, seperti memberikan bantuan kemanusiaan.
Banyak pejuang Palestina melakukan bom bunuh diri dalam rangka jihad melawan Israel. Komentar Anda?
Memang ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang melihat bunuh diri itu sebagai sesuatu yang tidak baik dan dilarang agama karena merupakan bentuk keputusasaan. Tetapi, tidak sedikit ulama yang berpendapat bom bunuh diri itu merupakan salah satu bentuk mati syahid, terutama ketika tidak ada cara lain untuk menghadapi kezaliman musuh.
Ada yang mengatakan konflik Israel-Palestina bukan soal agama, melainkan sosiak-politik. Menurut Anda?
Itu pikiran yang selama ini berkembang dan disebarluaskan oleh pihak-pihak di dunia Barat yang tidak menyukai Islam dan mencoba untuk memisahkan Islam dari perjuangan Palestina. Padahal, seperti saya katakana di awal, bagi umat Islam urusan Palestina tidak bisa dipisahkan dari Islam karena diyakini sebelumnya adalah negeri Islam dan ada tempat suci umat Islam. Kemudian juga terjadi pembantaian terhadap ulama. Selain itu, pihak zionis Israel juga mengusung tema dan simbol-simbol keagamaan. Oleh karena itu, sangat naïf jika umat Islam dimintai tidak mengaitkan masalah Palestina dengan Islam.